JURNAL PENELITIAN TTG KOLOID DOWNLOAD PDF






















Dari hasil uji coba perorangan ini maka LKS direvisi dengan memperbesar ukuran huruf dan memberikan musik latar Mozart Pachelbel. Tahap pengembangan meliputi validasi produk oleh tim ahli diikuti dengan revisi, dan uji coba produk yang terdiri dari: a uji coba perorangan diikuti dengan revisi, b uji coba kelompok kecil, dan b uji coba lapangan. Tim ahli yang melakukan validasi produk dalam penelitian ini adalah Dr. Risnita, M. Haris Effendi, M.

Hal ini dilakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lozanov DePorter, yang menyatakan bahwa selama mengerjakan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung meningkat. Gelombang-gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Sedangkan selama relaksasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun, serta otot-otot mengendur. Biasanya seseorang akan sulit berkonsentrasi ketika sedang benar-benar relaks, dan sulit untuk relaks ketika sedang benar-benar konsentrasi.

Untuk itu, diperlukan cara untuk mengkombinasikan pekerjaan mental yang menekan dengan fisiologi relaks. Sesuai hasil penelitian Lozanov, kuncinya adalah musik. Menurutnya, dengan mendengarkan musik seseorang tetap dapat mengerjakan pekerjaan mental yang melelahkan dengan tetap relaks dan berkonsentrasi. Musik yang paling membantu menurut penelitian Lozanov adalah musik barok seperti Bach, Handel, Pachelbel, dan Vivaldi, karena para komposer ini menggunakan ketukan yang sangat khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan pikiran.

Selain itu, musik barok mampu membawa gelombang otak ke kondisi beta maupun alfa. Gelombang otak yang berada pada frekuensi gelombang beta yaitu Hz merupakan kondisi yang sangat baik untuk melakukan aktivitas yang menuntut konsentrasi tinggi. Sedangkan frekuensi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi oleh ahli evaluasi, Dr. Instrumen penelitian meliputi lembar validasi ahli, angket tanggapan siswa, angket tanggapan guru bidang studi, observasi aktivitas belajar siswa, instrumen penilaian HOTS siswa, yang dianalisis menggunakan skala numerical rating scale, sedangkan angket untuk mengukur keterkaitan komponen-komponen dalam TPACK, dianalisis menggunakan analisis jalur path analysis.

Setelah draft awal produk dibuat, maka selanjutnya divalidasi oleh tim ahli. Hasil revisi yang dilakukan sesuai saran ahli kemudian diuji coba. Diawali dengan uji Namun, komentar secara keseluruhan, siswa merasa pembelajaran dengan LKS yang di dalamnya terdapat simulasi dan laboratorium virtual membuat mereka tertarik untuk belajar serta cukup membantu dan memudahkan mereka dalam mempelajari materi koloid.

Hal ini menunjukkan bahwa produk cukup efektif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Setelah LKS direvisi, maka diuji coba kembali pada kelompok kecil, yang melibatkan tujuh orang siswa dengan kategori siswa berkemampuan tinggi 2 orang, berkemampuan sedang 3 orang, dan berkemampuan rendah 2 orang. Uji coba kelompok kecil dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun untuk pertemuan 1.

Dalam uji coba ini, setelah pembelajaran siswa diberikan tugas untuk mengerjakan latihan 1 pada LKS. Selanjutnya dilakukan uji coba kelompok besar yang bertujuan untuk memperoleh data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan TPACK, data keoptimalan aktivitas pembelajaran sains siswa, dan data ketercapaian Higher Order Thinking Skills HOTS siswa. Nilai yang diperoleh siswa pada latihan 1 menunjukkan rata-rata siswa berada pada kategori kompeten dengan nilai rata-rata 7, dengan rincian 1 siswa mendapatkan nilai 9 sangat kompeten , 2 siswa mendapatkan nilai 8 kompeten , 2 siswa mendapatkan nilai 7 kompeten , 1 siswa mendapatkan nilai 6 kompeten , dan 1 siswa mendapatkan nilai 5 cukup kompeten.

Nilai ini menunjukkan bahwa produk telah cukup efektif untuk diuji coba ke tahap berikutnya. Pertemuan pertama membahas tentang sub materi pengertian sistem koloid. Pada pertemuan ini siswa berdiskusi tentang pengertian sistem koloid, melakukan percobaan membedakan larutan, koloid, dan suspensi secara virtual dan melakukan percobaan secara langsung. Kemudian siswa mendiskusikan hasil pengamatan pada percobaan dan menjawab pertanyaan di dalam Lembar Kegiatan Siswa LKS.

Setelah itu siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Sub materi yang dibahas pada pertemuan kedua adalah jenis-jenis koloid dan sifatsifat koloid, yaitu efek Tyndall, gerak Brown, muatan koloid elektroforesis, adsorpsi, koagulasi , dan dialisis.

Pada pertemuan ini, siswa melakukan diskusi tentang jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, koloid liofil dan liofob, serta melakukan praktikum tentang sifat-sifat koloid melalui simulasi dan percobaan langsung.

Mayoritas siswa menjawab kesulitan ketika mengikuti pembelajaran adalah karena tulisan dalam LKS ukurannya kecil, sehingga perlu diperbesar. Selain itu ada juga siswa yang menjawab masih kesulitan ketika pembelajaran terpusat pada siswa, karena siswa harus berusaha lebih keras untuk bisa memahami pelajaran dengan baik. Kemudian siswa mengerjakan soal latihan di LKS dan mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan serta mempresentasikannya secara berkelompok. Pertemuan pertama 2 siswa yang tidak melakukan, pertemuan kedua 6 siswa, pertemuan ketiga 9 siswa, dan pertemuan keempat 3 siswa.

Tidak semua siswa yang melakukan aktivitas membuat catatan ini dikarenakan siswa-siswa tersebut merasa malas dan tidak terbiasa mencatat ketika belajar. Hal ini juga disebabkan faktor gaya belajar siswa. Menurut De Porter , siswa biasanya lebih suka berbicara daripada menulis tergolong pada siswa dengan gaya belajar auditorial. Siswa dengan gaya belajar ini cenderung suka belajar dengan cara mendengar, dan tidak suka membaca. Pada pertemuan ketiga dibahas sub materi aplikasi sistem koloid dalam kehidupan.

Siswa berdiskusi tentang apa saja aplikasi konsep koloid dalam kehidupan, kemudian mengamati simulasi video tentang aplikasi konsep koloid, dan merancang percobaan penjernihan air berdasarkan konsep koloid. Aktivitas menjawab pertanyaan tergolong tidak optimal, karena hanya sebagian siswa yang melakukannya.

Pada pertemuan pertama siswa yang melakukan aktivitas ini berjumlah 14 siswa, pertemuan kedua 16 siswa, pertemuan ketiga 12 siswa, dan pertemuan keempat 12 siswa. Faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya aktivitas ini adalah siswa telah memahami materi sehingga tidak banyak dari siswa yang mengajukan pertanyaan, faktor lain yaitu ada beberapa siswa yang merasa kurang berani untuk bertanya.

Selain itu faktor lainnya adalah kurangnya waktu yang tersedia sehingga kesempatan tanya jawab ketika presentasi tidak optimal. Pertemuan keempat membahas tentang sub materi pembuatan sistem koloid melalui berbagai cara, antara lain pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dan cara dispersi.

Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan secara virtual karena kurang memungkinkan untuk dilakukan secara langsung, sedangkan cara dispersi dilakukan secara langsung di laboratorium. Aktivitas debat hanya ada di pertemuan ketiga, tetapi tidak terlaksana. Hal ini dikarenakan waktu dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. Sedangkan aktivitas mengembangkan atau membangun model pada pertemuan keempat tidak dilakukan siswa karena siswa kesulitan untuk menemukan model yang cocok ketika mempelajari cara-cara pembuatan sistem koloid.

Secara keseluruhan, aktivitas pembelajaran sains siswa tergolong sangat optimal. Namun ada beberapa aktivitas yang tidak dilakukan oleh sebagian kecil siswa, bahkan ada pula yang tidak optimal. Beberapa aktivitas tersebut antara lain aktivitas membuat catatan, aktivitas menjawab pertanyaan, aktivitas debat, dan aktivitas mengembangkan atau membangun model. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah.

Aktivitas membuat catatan tidak semua siswa melakukannya pada setiap pertemuan, Rata-rata hasil ulangan dengan soal yang berada pada tingkatan C3, C4, C5, dan C6 ini adalah 64,6 dan termasuk pada kategori cukup. Hasil uji coba kelompok besar pada aspek tanggapan siswa, menunjukkan bahwa 13 siswa memberikan tanggapan dengan kategori sangat baik, 14 siswa memberikan tanggapan dengan kategori baik, 2 siswa memberikan tanggapan dengan kategori cukup, dan 2 siswa memberikan tanggapan dengan kategori kurang baik terhadap pembelajaran dengan TPACK.

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah membuat siswa merasa tertarik dan senang dalam belajar.

Perbedaan pencapaian hasil latihan dengan hasil ulangan siswa dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut: a. Waktu pengerjaan latihan dilakukan langsung setelah pembelajaran selesai dalam satu pertemuan, sedangkan ulangan dilakukan pada pertemuan selanjutnya dengan soal ulangan yang merangkum materi dari pertemuan I sampai dengan pertemuan IV.

Ketika mengerjakan soal latihan, siswa dalam kondisi santai dan tidak merasa tertekan, sedangkan ketika mengerjakan soal ulangan, siswa merasa tegang dan tertekan karena kondisi yang diciptakan mendorong hal tersebut, seperti kursi yang disusun dengan jarak cukup jauh, suasana yang hening, pengawasan yang ketat, waktu yang terbatas, dan target masing-masing siswa untuk mendapatkan nilai tertentu.

Tercapai atau tidaknya Higher Order Thinking Skills HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa diukur dari nilai siswa pada latihan yang terdapat di LKS dan hasil ulangan siswa di akhir pertemuan. Nilai siswa pada latihan 1, 2, dan 3 yang terdapat di LKS secara berturut turut rataratanya adalah 6,9; 9,7; dan 10,6. Seluruh nilai tersebut termasuk dalam kategori kompeten. Artinya siswa kompeten dalam mengerjakan latihan soal pada LKS yang berada pada tingkatan C4 pada taksonomi Anderson dan Krathwohl.

Sedangkan nilai hasil ulangan siswa cukup beragam, dari yang terendah 23 sangat kurang hingga yang tertinggi baik. Siswa dengan nilai yang termasuk pada kategori Distribusi capaian siswa untuk tiap tingkatan soal C3, C4, C5, dan C6 dapat dilihat pada gambar berikut. Aksela, Maija. Awan, A. Journal of Elementary Education Vol.

Boloudakis, Michail. Department of Digital Systems, University of Piraeus. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa capaian siswa secara berturut-turut dari yang tertinggi adalah pada tingkatan soal C3, C4, C5, dan C6. Hal ini sesuai dengan karakter soal yang semakin tinggi tingkatannya maka semakin kompleks. Elliott, Seif. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1 Kerangka kerja TPACK pada materi koloid yang telah dikembangkan dapat mengoptimalkan aktivitas pembelajaran siswa.

Harris, J. Journal of Research on Technology in Education p. Hidayat, S. The effectiveness of inquiry-based technology enhanced collaborative learning environment. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 2 2 , Hopson, Michael. Journal of Research on Technology in Education, volume 34 number 2. Partay, Livia Bartok. Syafitri, Winda.

Rooney, Caitriona. Educational Journal of Living Theories Volume 5. Towns, M. Jurnal of Chemical Education Volume Schunk, H. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sproken-Smith, Rachel. University of Otago, New Zealand. Zoller, U. Res Sci Educ Sutrisno, Buka menu navigasi. Tutup saran Cari Cari. Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau Keadaan koloid adalah suatu terdispersi dalam zat lain, koloid keadaan antara larutan dan suspensi.

Suatu merupakan suatu sistem dispersi, karena kumpulan dari beberapa ratus atau terdiri dari dua fasa, yaitu fasa terdispersi beberapa ribu partikel yang membentuk fasa yang tersebar halus dan fasa partikel lebih besar dengan ukuran sekitar pendispersi.

Dalam suatu sistem mirip dengan zat terlarut dan fasa koloid, partikel-partikel koloid terdispersi pendispersi jumlahnya lebih besar atau tersebar dalam medium pendispersinya. Beberapa suspensi dan Syukri, Koloid liofil, yaitu koloid yang ukuran partikel sedemikian sehingga suka berkaitan dengan mediumnya partikel — partikel nya yang kecil masuk sehingga sulit dipisahkan atau dalam jarak koloidal,sedangkan yang besar sangat labil.

Koloid liofob, yaitu koloid yang partikel — partikel kasar usu. Sifat Fisika Sumardjo, Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenis koloidnya. Pada Penggolongan Koloid: koloid hidrofob sifat-sifat seperti Dipandang dari kelarutannya, koloid rapatan, tegangan permukaan dan dibagi atas dispresi dan koloid asosiasi.

Koloid dispresi, yaitu koloid yang medium pendispersinya. Pada partikelnya tidak larut secara koloid hidrofil karena terjadi individu dalam medium. Yang hidrasi, sifat-sifat fisikanya sangat terjadi hanyalah penyebaran berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan 2. Koloid asosiasi yaitu koloid yang tegangan permukaannya lebih terbentuk dari gabungan asosiasi kecil. Sifat Koligatif daripada lautan sejati dengan jumlah Suatu koloid dalam medium cair partikel yang sama Ini disebabkan juga mempunyai sifat koligaif.

Sifat ini karena butir-butir koloid terdiri atas hanya bergantung jumlah partikel beribu-ribu molekul,sedangkan koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat pengaruh terhadap sifat koligatif hanya koligatif koloid umumnya lebih rendah ditentukan oleh jumlah molekul. Sifat Optis ini dikenal dengan nama efek Tyndall Walaupun secara definisi partikel Efek Tyndall dapat digunakan untuk koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat mengamati partikel-partikel koloid oleh mikroskop biasa mereka dapat dengan menggunakan mikroskop.

Ketika cahaya Karena intensitas hamburan cahaya dilewatkan bergantung melalui medium yang mengandung pada ukuran partikel, maka efek partikel yang tidak lebih besar daripada Tyndall juga dapat digunakan untuk m, berkas cahaya tersebut tidak memperkirakan berat molekul koloid. Ketika partikel mempunyai ukuran kecil, cendrung koloid hadir, bagaimanapun, sebagian untuk menghamburkan cahaya dengan cahaya akan dihamburkan, dan panjang gelombang pendek.

Dengan suhu tinggi 4. Sifat kinetik berarti akan menurunkan viskositas a. Gerak Brown dan menaikkan selisih rapatan. Namun Partikel koloid bila diamati faktor-faktor inipengaruhnya relatif dibawah mikroskop ultra akan nampak kecil terhadap kecepatan pengendapan sebagai bitik-bintik bercahaya yang c. Difusi selalu bergerak secara acak dengan Partikel zat terlarut akan mendifusi jalan berliku-liku. Gerakan acak dari larutan yang konsentrasinya tinggi partikel koloid dalam suatu medium ke daerah yang konsentrasinya lebih pendispersinya disebut gerak Brown.

Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh rendah. Difusi erat kaitannya dengan banyaknya tabrakan molekul molekul gerak Brown, sehingga dapat dianggap medium pendispersi tidak sama tidak molekul-molekul atau partikel-partikel setimbang koloid mendifusi karena adanya gerak b.

Pengendapan sedimentasi Brown. Kecendrungan dari zat untuk Partikel-partikel koloid mempunyai berdifusi dinyatakan dengan koefisien kecendrungan untuk mengendap difusi. Menurut Graham, butir-butir karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa koloid berdifusi sangat lambat karena partikel terhadap mediumnya. Jika ukuran partikelnya relatif besar rapat massa partikel lebih besar dari 5. Sifat Listrik medium pendispersinya, maka partikel Permukaan partikel koloid mempunyai tersebut akan mengendap.

Sebaliknya muatan listrik karena terjadinya bila rapat massanya lebih kecil akan ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam mengapung. Koagulasi endapan koloid larutan. Akibatnya partikel koloid partikel tadi akan bergerak ke arah dapat bergerak dalam medan listrik. Proses ini dikenal dengan ditempatkan pada medan listrik, maka nama elektroforesis. Dispresi mencelupkan dua elktroda Gumpalan materi suspensi kasar ke dalam air dapat diubah menjadi lebih kecil c Cara peptisiasi, yaitu sehingga tersebar dan berukuran membuat koloid dengan koloid.

Membuat koloid dengan menanbahkan suatu cairan memecah gumpalan disebut kepada partikel kasar dispresi penyebaran , yaitu dengan endapan sehingga pecah cara sebagai berikut. Metodologi yang berisi bubuk es krim A.

Alat dan Bahan instan tersebut. Alat 3 Mengaduk bubuk es krim - Alumunim Foil : 30 cm instan dan air mineral - Loyang : 2 buah tersebut menggunakan mixer, - Baskom : 2 buah Melakukan terus menerus - Spatula : 1 buah hingga bubuk es krim - Mixer : 1 buah tersebut mengental. Langkah Kerja 1 Memecahkan enam butir telur Pembuatan Es Krim ayam ke dalam tempat yang 1 Menuangkan bubuk es krim telah di sediakan.

Pembahasan tepung pondan sponge ke Koloid ialah campuran dari dua dalam telur yang sudah zat atau lebih zat yang salah satu fasanya mengembang, tetap di aduk tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel dengan mixer tapi dengan yang sangat kecil dalam fasa kedua. Zat kecepatan yang lambat agar yang terdispersi dan medium tepungnya tidak penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cairan, atau padatan berterbangan.

Dari tidak tahu apakah cair atau padat karena percobaan pembuatan kue, diketahui jika kita sebutkan cair, namun tekstur bahwa kue merupakan sistem koloid kuning dan putih telur sendiri adalah dengan wujud koloid berupa emulsi padat.

Kesulitan juga terjadi untuk Hal ini dapat disimpulkan dari hasil mengidentifikasi mana yang berperan pengamatan, yaitu adonan sebelum sebagai zat terdispersi dan mana yang dipanggang berwujud cair, namun setelah medium pendispersi dipanggang, adonan berubah wujud menjadi padat zat terdispersi cair dan Percobaan kedua dilakukan medium pendispersi padat.



0コメント

  • 1000 / 1000